Masyarakat Jogja, khususnya mahasiswa sangat dekat dengan pasar kaget yang dikenal dengan nama Sunday Morning UGM, atau lebih yang lebih familiar disebut dengan; sunmor UGM.
Sunmor UGM sendiri merupakan pasar kaget yang berdiri disepanjang jalan Lembah UGM setiap hari minggu pagi, mulai dari bawah Jembatan yang menghubungkan Fakultas Pertanian – Kedokteran Hewan, sampai depan Departemen Ekonomi dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM (Vokasi DEB) tenda-tenda yang berdiri diatas para pencari nafkah minggu pagi itu melintang. Beberapa hari terakhir saya mendengar isu tentang pembubaran sunmor UGM, maka dari itu untuk menanggapi isu tersebut, saya menulis Opini saya disini. Jumat pagi (18/11/2016) pedagang yang tergabung sebagai paguyuban pedagang sunday morning UGM melakukan aksi demonstrasi atau sekedar meluapkan opini dan emosi di depan Bundaran Lembah UGM (Tepat di depan portal Jl. Sosial Humaniora UGM) sebagai tanggapan mereka terhadap isu pembubaran sunmor UGM. Menurut saya pribadi, sudah seharusnya sunmor UGM dibubarkan, jika masih ada Mahasiswa UGM yang masih bersikuku membela keberadaan sunmor, maaf, bodoh kamu. Sunmor UGM memang merupakan lahan tambahan untuk para pedagang meraup rejeki kala minggu pagi, dan lahan membuang kegabutan atau cuci mata bagi mahasiswa jomblo yang tinggal disekitar UGM, atau bahkan di Jogja. Tapi coba pikir lagi, berapa sampah yang dihasilkan pedagang yang ratusan jumlahnya setiap sunmor UGM diadakan? Saya dengan mata kepala saya sendiri pernah melihat tumpukan sampah yang antah-berantah berserakan disepanjang jalan Lembah UGM kala sunmor berakhir sekitar pukul 12:00 siang, dan bukan sedikit jumlahnya, banyak! Sampah-sampah ini bukan ajaib hilang dari pandangan dalam waktu dua sampai tiga menit, tapi harus dipungut menggunakan tangan dan memakan waktu 2-3 jam, bahkan dengan waktu sebanyak itupun tidak semua sampah terpungut sempurna. Sampai hari ini saya tidak tau persis siapa yang membersihkan sampah-sampah hasil peranakan sunmor UGM, tapi beberapa kali saya lihat anak-anak muda yang dugaan saya Mahasiswa adalah sosok yang membersihkan sampah di lingkungan Lembah UGM saat sunmor UGM berakhir. Sedangkan pedagang sunmor seenaknya pulang dengan membawa banyak keuntungan, sampah-sampah yang mereka sebabkan malah ditinggal layaknya mantan, begitu juga para pengunjung dan “petugas sunmor” yang masih kurang peka terhadap lingkungan sunmor yang sejatinya adalah Kampus terbaik di Indonesia. Banyak orang yang berkata “Universitas Gadjah Mada (UGM) kan Universtias kerakyatan, sudah sejatinya membantu rakyat, bukannya malah menghalangi mereka mencari rejeki dengan membubarkan sunmor” HEY WAKE UP! Jangan hanya mengungkit embel-embel Universitas Kerakyatan yang dipegang oleh UGM, tapi juga Universitas terbaik di Indonesia yang dipegang oleh UGM. Pada dasarnya, dengan menjadi Universitas terbaik di Indonesia UGM merupakan representasi dari Pendidikan tinggi Indonesia, maka dari itu sudah sewajarnya UGM mengedepankan kebersihan, kerapian dan fungsi kampusnya sebagai “kampus”, bukan pasar.
0 Comments
|
CERLANG WILFRID DIANRISi study philosophy in UGM |